Mataram – Gemuruh FORNAS VIII 2025 belum sepenuhnya reda ketika perhatian publik tiba-tiba tertuju pada satu titik lain: panggung Expo Dekranasda NTB di Lombok Epicentrum Mall. Di sinilah, di antara deretan booth yang menampilkan hasil karya tangan para perajin lokal, Menteri Ekonomi Kreatif RI, Teuku Riefky Harsya, menemukan sesuatu yang ia sebut sebagai “harta karun kreatif dari Nusa Tenggara Barat”.
Kunjungan Menteri Riefky bukan sekadar seremoni. Ia benar-benar turun tangan, menelusuri tiap lapak, memegang kain tenun, meneliti detail ukiran kayu, bahkan berdiskusi dengan para perajin. Dari interaksi itu, terungkap rasa kagum yang tak dibuat-buat. “Crafting-nya presisi, detailnya luar biasa. Saya benar-benar tak menyangka,” ungkap Riefky, seperti disampaikan Gubernur NTB, Dr. Lalu Muhamad Iqbal.
Kerajinan tangan NTB mulai dari songket, perhiasan mutiara, hingga anyaman dan produk kayu memang bukan pemain baru. Tapi dalam konteks nasional, pengakuan seorang menteri kreatif dengan pengaruh besar menjadi validasi penting: NTB punya kelas. Lebih dari itu, NTB punya potensi ekonomi yang belum sepenuhnya tergarap.
Riefky menyebut ekonomi kreatif sebagai sektor strategis masa depan. Tujuh subsektor prioritas yang kini menjadi fokus kementeriannya kriya, kuliner, fesyen, musik, film, game, dan aplikasi semuanya memiliki peluang hidup di NTB. “Sinergi antar-subsektor harus terus dibangun. Misalnya, kuliner lokal dikemas dalam desain visual yang kreatif, lalu dipasarkan lewat platform digital yang kuat,” jelasnya dalam sambutannya yang penuh visi.
Pemerintah Provinsi NTB menyambut tantangan itu dengan tangan terbuka. Gubernur Iqbal memastikan, dukungan terhadap UMKM dan ekonomi kreatif akan terus diperkuat, baik lewat pelatihan, bantuan modal, hingga perluasan akses pasar. “Expo ini bukan akhir, ini adalah titik awal. Kita ingin produk lokal NTB menembus pasar nasional dan internasional,” tegasnya.
Dari sekadar ajang pameran, Expo Dekranasda NTB menjelma menjadi ruang strategis: tempat bertemunya kreativitas, kekayaan budaya, dan kebijakan nasional. Dalam ruang itu, para perajin NTB tak hanya memajang hasil karya, tapi juga memperlihatkan bahwa mereka siap bersaing di panggung global.