Sumbawa Barat – Dalam politik, perbedaan pandangan sering kali dijadikan bahan untuk menciptakan friksi yang seolah-olah menggambarkan kegagalan. Begitu juga dengan narasi yang menyerang Bupati Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) dan calon Wakil Gubernur NTB, H. W. Musyafirin. Kritik yang mengesankan bahwa KSB tidak sejalan dengan program provinsi NTB perlu diluruskan dengan fakta-fakta yang akurat. Justru, Musyafirin dan pemerintahannya di KSB telah menciptakan banyak keberhasilan yang patut diapresiasi.
1. Sumbawa Barat Sukses Tekan Putus Sekolah, Bupati Musyafirin Paham Prioritas
Salah satu prestasi yang patut dicatat adalah keberhasilan KSB di bidang pendidikan dasar. Di bawah kepemimpinan H. W. Musyafirin, angka putus sekolah di jenjang SD dan SMP hampir mendekati nol. Keberhasilan ini tentu tidak muncul begitu saja. Musyafirin tahu betul bahwa pendidikan dasar merupakan fondasi yang kokoh untuk generasi masa depan. Sementara provinsi fokus pada pendidikan menengah dan tinggi, Musyafirin memastikan bahwa anak-anak di KSB tidak hanya memiliki akses, tetapi juga didukung penuh untuk menyelesaikan pendidikan dasar mereka.
Narasi yang menganggap bahwa program beasiswa S1 dan S2 lebih penting dari pendidikan dasar tidak sepenuhnya tepat. Sehebat apapun beasiswa keluar negeri, jika anak-anak putus sekolah di tingkat dasar, maka akan selalu ada kesenjangan dalam kualitas sumber daya manusia. Musyafirin fokus di level yang benar, dan hasilnya jelas: pendidikan dasar di KSB berhasil.
2. CSR AMNT: Pemanfaatan Tepat untuk Kepentingan Warga KSB
Tuduhan bahwa dana CSR dari perusahaan tambang AMNT tidak termanfaatkan dengan baik juga harus dibantah dengan data yang jelas. KSB telah menggunakan dana CSR tersebut untuk berbagai proyek yang langsung dirasakan oleh masyarakat, termasuk pembangunan infrastruktur dasar dan program kesehatan. Musyafirin tidak hanya memastikan dana tersebut teralokasi dengan benar, tetapi juga transparan dalam penggunaannya.
Pertanyaan tentang “di mana dana CSR?” jelas tidak berdasar. Banyak infrastruktur di KSB yang merupakan hasil pemanfaatan dana CSR, dari perbaikan jalan hingga fasilitas kesehatan. Kritik tanpa dasar seperti ini tidak hanya tidak adil, tapi juga mengabaikan upaya nyata yang sudah dilakukan pemerintah KSB.
3. Dukungan KSB terhadap UMKM dan Industrialisasi: Fokus pada Potensi Lokal
Narasi yang menganggap KSB tidak mendukung program industrialisasi dan UMKM yang dicanangkan oleh provinsi perlu ditinjau ulang. KSB, di bawah kepemimpinan Musyafirin, berfokus pada pengembangan sektor-sektor yang memang menjadi keunggulan daerah. Program industrialisasi tidak bisa dipukul rata untuk semua kabupaten. Di KSB, sektor tambang dan energi menjadi prioritas utama, dan UMKM juga didorong dengan cara yang relevan bagi daerah tersebut.
Keberhasilan UMKM di KSB mungkin tidak sepenuhnya identik dengan program provinsi, namun ini bukan berarti KSB gagal. Justru, pendekatan lokal yang sesuai dengan potensi daerah menjadi kunci keberhasilan Musyafirin dalam menggerakkan ekonomi masyarakat.
4. Program Beasiswa Luar Negeri: Keseimbangan Prioritas yang Lebih Tepat
Salah satu kritik terhadap Musyafirin adalah sikapnya yang dianggap kurang mendukung program beasiswa ke luar negeri. Namun, perlu dipahami bahwa Musyafirin tidak menolak beasiswa tersebut. Ia hanya mengajak untuk lebih realistis dalam menyeimbangkan kebijakan. Ketika pendidikan dasar belum sepenuhnya tuntas, apakah bijak untuk melanjutkan fokus ke pendidikan tinggi di luar negeri?
Musyafirin memahami betul bahwa pendidikan dasar adalah akar dari peningkatan kualitas SDM jangka panjang. Tanpa memperkuat pendidikan di level ini, kesempatan beasiswa ke luar negeri hanya akan dinikmati segelintir orang, bukan memperbaiki kualitas SDM secara keseluruhan. Di KSB, pendidikan dasar telah menjadi fokus utama, dan hasilnya sudah terlihat.
5. Kolaborasi Lebih Penting daripada Friksi
Menghadapkan kabupaten dan provinsi dalam narasi “siapa yang lebih berhasil” hanya akan menciptakan jurang yang tidak perlu. Pada kenyataannya, provinsi dan kabupaten memiliki tanggung jawab yang berbeda namun saling melengkapi. Bupati Musyafirin dengan kepemimpinannya di KSB telah membuktikan bahwa dengan pemahaman yang baik tentang kebutuhan lokal, sebuah daerah bisa maju.Keberhasilan Musyafirin dalam menekan angka putus sekolah, memanfaatkan dana CSR, dan mendukung UMKM sesuai dengan potensi lokal adalah bukti nyata bahwa ia bukan hanya seorang pemimpin yang berhasil di KSB, tetapi juga siap membawa perubahan positif di level provinsi. Sebagai calon Wakil Gubernur, Musyafirin menawarkan pengalaman dan keberhasilannya untuk membantu NTB tumbuh lebih kuat.
Kesimpulan: Musyafirin, Pemimpin yang Visioner dan Berhasil di KSB
Jika ada yang meragukan kemampuan H. W. Musyafirin, cukup lihat rekam jejaknya di KSB. Di tengah berbagai tantangan, ia telah membuktikan bahwa pendekatan yang tepat dan fokus pada prioritas lokal bisa menghasilkan kemajuan yang nyata. Tuduhan kegagalan yang ditujukan kepadanya tidak berdasar dan justru mengabaikan keberhasilan yang telah ia capai.
Sebagai calon Wakil Gubernur, Musyafirin bukanlah sosok yang melawan provinsi, melainkan pemimpin yang memahami pentingnya kolaborasi. Keberhasilannya di KSB adalah modal besar untuk membangun NTB yang lebih maju, dengan kebijakan yang berpihak pada rakyat dan sesuai dengan kebutuhan setiap daerah.