Mataram – Partai Golkar NTB tengah memasuki fase krusial. Menjelang Musda yang akan digelar pada 24 Mei 2025, suara-suara perubahan mulai mengemuka dari dalam. Salah satu yang cukup menyita perhatian adalah pernyataan maju dari H. L. Heri Prihatin, tokoh senior partai yang dikenal bersahaja namun memiliki komitmen kuat terhadap nilai-nilai dasar Golkar.
Dalam konferensi pers yang berlangsung di Mataram, Heri menyampaikan dengan jernih alasan pencalonannya sebagai Ketua DPD Partai Golkar NTB. Ia tidak menampik bahwa situasi internal partai membutuhkan penataan kembali, bukan sekadar struktural, tetapi juga menyentuh substansi nilai perjuangan partai.
“Golkar NTB harus kembali menjadi partai kader. Kembali ke jati diri kita. Bukan partai yang didikte oleh kepentingan sesaat atau figur yang tidak fokus membesarkan rumah kita bersama ini,” tutur Heri.
Dengan gayanya yang kalem namun menyentuh, Heri mengajak seluruh kader untuk melihat pencalonannya bukan sebagai kompetisi personal, tapi sebagai tawaran pilihan yang membawa harapan baru. Ia menggambarkan dirinya sebagai poros tengah yang hadir untuk menyeimbangkan dinamika yang berkembang di internal partai.
“Saya tidak anti dengan siapapun. Bahkan saya berharap Bu Dinda bisa lebih leluasa memajukan NTB. Begitu juga Pak Mohan, beliau lebih dibutuhkan untuk menjaga Mataram agar tetap harum. Saya akan menjadi pengikat yang merawat kekuatan keduanya, bukan menandingi,” jelas Heri.
Heri juga menekankan pentingnya membangun kultur demokrasi yang sehat di tubuh partai. Menurutnya, Musda harus menjadi panggung yang adil, terbuka, dan jujur. Ia meminta agar DPP serta panitia memberikan ruang yang sama bagi semua kader yang ingin maju, tanpa intimidasi ataupun pengkondisian suara.
“Kalau kita bicara perubahan, maka perubahan itu harus dimulai dari cara kita memilih pemimpin. Jangan hanya bicara integritas di luar, tapi di dalam kita korbankan nilai-nilai itu,” katanya.
Selain itu, Heri menggarisbawahi komitmennya untuk membuka kembali ruang partisipasi bagi kader muda dan perempuan, serta memperkuat jalur komunikasi dua arah antara pengurus dan akar rumput.
“Golkar tidak boleh jadi menara gading. Kita harus hadir di tengah masyarakat. Kita harus mendengar kader yang jauh di pelosok. Dan saya punya waktu, tenaga, dan niat untuk itu,” ujarnya mantap.
Di akhir pernyataan, Heri mengajak semua kader untuk melihat momentum Musda sebagai kesempatan membangun kembali kepercayaan publik terhadap partai.
“Ini bukan soal siapa menang, tapi bagaimana partai kita kembali dipercaya rakyat. Jika diberi mandat, saya akan jaga itu dengan sepenuh hati,” tutupnya.