Mataram – Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-80 di Nusa Tenggara Barat kali ini diwarnai aksi berbeda. PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah NTB tidak hanya mengibarkan bendera, tetapi juga menggelar simulasi penanganan ancaman bom di tiga lokasi vital kelistrikan.
Kegiatan ini menyasar PLN Unit Pelaksana Transmisi (UPT) Mataram, PLN Unit Pengatur Beban (UP2B) NTB, dan PLN Unit Pengatur Distribusi (UP2D) NTB. Tujuannya jelas: memastikan pasokan listrik sebagai objek vital nasional tetap aman dan terlindungi dari segala potensi gangguan, termasuk teror bom.
Simulasi digelar dengan dukungan penuh Tim Gegana Brimob Polda NTB yang menurunkan 10 personel penjinak bom (jibom) beserta peralatan lengkap. Peserta yang mencapai 60 orang dibekali materi tentang prosedur standar keamanan, cara mendeteksi benda mencurigakan, hingga praktik langsung penggunaan peralatan proteksi.
Atmosfer kegiatan benar-benar dibuat seperti kondisi nyata. Pegawai harus dievakuasi dengan tertib ketika ditemukan benda asing di area vital, sementara satpam sigap mengisolasi lokasi. Di saat bersamaan, Tim Gegana memperagakan teknik penjinakan bom menggunakan body armour EOD-9, disruptor recoiles, hingga bom blanket.
General Manager PLN UIW NTB, Sri Heny Purwanti, menekankan bahwa latihan ini adalah investasi jangka panjang dalam menjaga keandalan sistem kelistrikan. “Aset PLN bukan hanya infrastruktur fisik, tetapi juga keselamatan masyarakat yang bergantung pada listrik. Kami tidak boleh lengah,” katanya.
Ia menambahkan, kolaborasi dengan aparat keamanan menjadi bukti nyata semangat kemerdekaan. “Kedaulatan energi adalah bagian dari kedaulatan bangsa. Terima kasih kepada Tim Gegana Brimob Polda NTB yang telah memberikan pembekalan. Kami yakin sinergi ini akan memperkuat ketahanan energi NTB,” ujarnya.
Dari hasil evaluasi, Tim Gegana menilai kesiapan para pegawai dan satuan pengamanan meningkat pesat. Kecepatan respon, koordinasi evakuasi, dan pemahaman prosedur dinilai jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Bagi PLN, simulasi ini bukan sekadar latihan rutin, melainkan upaya membangun budaya siap siaga. Setiap pegawai dilatih untuk bertindak cepat, mengutamakan keselamatan, dan menjaga operasional kelistrikan agar tetap berjalan.
“Listrik adalah denyut nadi pembangunan daerah. Menjaga keamanannya berarti menjaga masa depan NTB,” pungkas Sri Heny.