Mataram – Jelang perayaan Idul Adha 1446 H, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Nusa Tenggara Barat (NTB) menyuarakan kegelisahan mendalam terkait terganggunya arus distribusi ribuan ekor sapi dari NTB ke Pulau Jawa. Dengan nada prihatin, Ketua BPD HIPMI NTB, Ismed Fathurrahman Maulana, mengungkapkan bahwa sebanyak 8.907 ekor sapi yang telah melalui proses pemeriksaan kesehatan dan uji PCR kini tertahan akibat minimnya ketersediaan kapal pengangkut.
“Kami menerima laporan bahwa sejumlah sapi mulai mengalami stres berat hingga mati di kandang penampungan. Ini bukan hanya kerugian ekonomi, tapi juga ancaman terhadap ekosistem usaha peternakan lokal yang selama ini menjadi andalan NTB,” ungkap Ismed.
Lebih lanjut, Ismed menjelaskan bahwa wilayah NTB, terutama Bima, Kota Bima, dan Dompu, ditargetkan mengirim sekitar 16.300 ekor sapi ke wilayah Jabodetabek untuk kebutuhan kurban. Jika dikalkulasikan, nilai ekonomi yang dipertaruhkan mencapai lebih dari Rp326 miliar, angka fantastis yang mencerminkan peran vital NTB dalam rantai pasok hewan kurban nasional.
“Bayangkan, ribuan ekor sapi yang telah digemukkan berbulan-bulan oleh peternak lokal kini hanya tertahan karena hambatan logistik. Padahal, permintaan dari Jabodetabek sangat tinggi. Ini semestinya menjadi alarm bagi pemerintah untuk segera bertindak,” tegasnya.
HIPMI NTB pun menyerukan kolaborasi konkret antara Pemerintah Provinsi NTB, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Pertanian. Mereka mendorong agar dilakukan penambahan armada kapal pengangkut dan perbaikan skema distribusi yang lebih adaptif, khususnya di musim-musim krusial seperti menjelang Idul Adha.
“Ini bukan sekadar soal logistik, tapi menyangkut hajat hidup peternak kecil, kestabilan harga hewan kurban di pasar nasional, serta keberlanjutan ekonomi NTB,” kata Ismed.
Ia juga menekankan bahwa kelancaran distribusi sapi NTB adalah bentuk konkret dukungan terhadap agenda besar Presiden RI dalam mewujudkan swasembada pangan nasional.
“Jika ini gagal, bukan hanya reputasi NTB sebagai pemasok hewan kurban nasional yang terancam, tapi juga kepercayaan pasar terhadap komitmen pemerintah dalam membina sektor pangan,” tutupnya.
HIPMI NTB kini menanti respons cepat dan serius dari seluruh pemangku kepentingan. Sebab, waktu terus berjalan, dan setiap hari keterlambatan bisa berarti kematian bagi ternak dan kerugian tak terhitung bagi para peternak.