Ia mencontohkan, pasar Beringharjo Yogyakarta, pasar Apung Banjarmasin, pasar Mama-Mama Papua, pasar Gede dan pasar Klewer di Solo, juga pasar Sukowati di Bali, semua tadinya adalah pasar tradisional biasa, namun berubah menjadi destinasi setelah disentuh.
Menurut putri mendiang HBK ini, Lombok memiliki keunikan tersendiri jika dilihat dari sisi lokasi pasar tradisional. Sepanjang jalan nasional dari Ampenan, Kota Mataram hingga Labuhan Lombok, Lombok Timur, bisa dijumpai belasan hingga puluhan pasar tradisional di sisi ruas jalan negara.
“Bayangkan kalau salah satunya bisa menjadi destinasi wisata.Tentu ini akan berdampak bagus pada Lombok dan NTB umumnya yang sudah terbranding sebagai destinasi wisata internasional,” katanya.
Rannya juga mengajak generasi muda untuk mengubah mindset tentang pasar tradisional. Apalagi di era persaingan global dimana gerai pasar modern sudah banyak tersedia termasuk di Lombok ini.
Ia mengatakan, gerai pasar modern memiliki pangsa pasar masyarakat perkotaan, ekonomi menengah ke atas. Sementara pasar tradisional terstigma menjadi pangsa ekonomi menengah ke bawah.
Padahal, papar dia, sejatinya gerai pasar modern berkaitan dengan investasi dan modal kapital. Sementara pasar tradisional digerakan oleh masyarakat lokal.