“Murni (proyek) tiang (saya) sudah dibayar. Saya ke sana pertemuan halal bi halal ketemu sama teman-teman, enggak ada niat saya keberatan, mau ikut-ikutan begitu,” ujarnya.
Dia memaklumi kondisi Pemprov NTB yang belum dapat melunasi hutang pada kontraktor. Itu bukan karena ada niat yang tidak ingin membayar, namun saat itu kondisi pandemi di mana anggaran yang seharusnya untuk membayar rekanan justru digunakan untuk penanganan pandemi.
“Saya murni sudah dibayar, cuma ada perubahan yang belum. Saya maklumi kondisi Pemprov. Intinya kan semua (akan) dibayar,” ujarnya.
Yuni mengatakan, begitu video viral di media sosial, dia buru-buru ingin mengklarifikasi bahwa dia tidak ikut-ikutan dalam rencana kemah atau menyegel kantor.
“Saya hubungi orang-orang bagaimana cara aku klarifikasi. Aku yang minta diklarifikasi, aku nggak ikut-ikutan, enggak ada sampai mau berkemah,” katanya.
Didesak Berkemah dan Segel Kantor
Sementara kontraktor lainnya, Ahyar, mengaku saat itu dihubungi seorang teman untuk menggelar rapat di Tuwa Kawa. Dia kemudian menghubungi teman lainnya untuk ikut. Ada sekitar 15 kontraktor yang hadir dalam pertemuan tersebut.