”Dukungan dari tokoh-tokoh di tingkat lingkungan dan desa ini benar-benar telah menjadi aset strategis bagi pasangan Rohmi-Firin. Mereka adalah penghubung antara pasangan Rohmi-Firin dengan masyarakat,” kata Didu.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Mi6 Lalu Athari Fathullah menekankan, Mi6 meyakini sepenuhnya betapa kini tren peningkatan kedewasaan masyarakat dalam menentukan pilihan terus membesar. Termasuk di NTB. Hal ini kata Athar, ditandai oleh beberapa indikator yang memperlihatkan bahwa pemilih tidak lagi mudah terpengaruh oleh politik identitas atau janji manis yang dangkal. Tetapi lebih mempertimbangkan faktor rasional dan obyektif.
Banyak pemilih kini kata Athar, kini cenderung melihat rekam jejak dan kinerja nyata dari calon kepala daerah. Alih-alih tergiur oleh janji-janji populis, pemilih mulai mempertimbangkan pengalaman, prestasi, dan bukti konkret yang sudah ditunjukkan oleh kandidat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bagaimana rekam jejak Rohmi selama lima tahun terakhir sebagai Wakil Gubernur NTB yang berada di garis depan mewujudkan pelayanan publik dan ekonomi daerah rupanya terekam di benak masyarakat. Pun bagaimana dua periode kepemimpinan Musyafirin di Kabupaten Sumbawa Barat yang tak cuma mendapat pengakuan di daerah, tapi juga secara nasional juga rupanya dicatat oleh masyarakat.
”Ini adalah perkembangan positif yang akan meningkatkan kualitas kepemimpinan daerah di masa depan. Bakal mendorong proses demokrasi yang lebih sehat dan berintegritas,” tandas tokoh muda asal Lombok Tengah ini.
Hal lain yang juga turut menjadikan elektabilitas pasangan Rohmi-Firin konsisten berada di nomor wahid adalah dengan bekerjanya sel-sel pemenangan pasangan TGB-Amin dalam Pilgub NTB 2013. Sel-sel pemenangan tersebut kini bergerak untuk menggalang dukungan bagi pasangan Rohmi-Firin. Kinerja sel-sel pemenangan tersebut kata Didu, telah terbukti memberi kemenangan untuk pasangan TGB-Amin hingga 42 persen pada Pilgub NTB 2013.
Namun begitu, kendati sedang berada di atas, baik Didu dan Athar mengingatkan agar pasangan Rohmi-Firin tidak terlena. Sebab, tantangan masih ada. Bahkan secara jelas terpampang di depan mata. Didu misalnya mengungkapkan, bagaimana pasangan Rohmi-Firin masih perlu lebih serius untuk turun menyapa masyarakat di Kota Mataram.
Sebagai Ibu Kota Provinsi NTB, Kota Mataram kata Didu, memiliki nilai simbolis yang kuat. Sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian, Mataram adalah barometer keberhasilan politik. Kandidat yang berhasil meraih suara tinggi di ibu kota menunjukkan bahwa mereka memiliki daya tarik yang kuat di wilayah yang sering dianggap sebagai pusat kekuasaan dan pengaruh politik. Ini memberikan kesan bahwa mereka memiliki legitimasi lebih besar di mata pemilih luas.
Selain itu, kemenangan di ibu kota menunjukkan bahwa kandidat memiliki strategi kampanye yang efektif, mampu menarik berbagai segmen pemilih, mulai dari kaum profesional, pekerja, hingga kaum urban dengan pendidikan tinggi.
Di sisi lain, Kota Mataram adalah pusat media dan perhatian publik. Oleh karena itu, meraih suara signifikan di wilayah ini tidak hanya membantu dari sisi perolehan suara, tetapi juga memberikan momentum publisitas yang besar.
“Meraih suara signifikan di Ibu Kota Provinsi bukan hanya soal angka, tapi juga soal pengaruh. Siapa yang menguasai pusat, menguasai panggung utama politik daerah,” tutup Didu.