Mataram – Tak ada kemenangan yang datang tanpa pengorbanan. Di balik sorak sorai kemenangan kontingen Federasi Airsoftgun Indonesia (FAI) Sulawesi Tengah di ajang FORNAS VIII 2025, tersembunyi kisah perjuangan empat bulan penuh disiplin dan pengabdian.
Mereka bukan atlet profesional dengan fasilitas mewah, bukan pula pemain nasional yang dikenal luas. Namun di Lapangan Trisula Yonif 742/SWY, Gebang, Kota Mataram, tim dari “Bumi Tadulako” membuktikan bahwa determinasi bisa mengalahkan segalanya. Mereka mengumpulkan total 48 poin dari delapan medali, yang mengantarkan mereka pada gelar juara umum nasional Airsoftgun.
Ridho, sang Kapengda FAI Sulteng, bukan hanya pelatih tapi sekaligus penggerak moral tim. Di tengah kesibukan harian dan keterbatasan fasilitas, ia memimpin latihan tiga kali seminggu setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu membangun bukan hanya teknik, tapi juga mental dan solidaritas. “Kami tidak hanya melatih skill, tapi membentuk karakter. Airsoft bukan sekadar tembak-tembakan, ini soal kerja sama, strategi, dan ketahanan,” ungkapnya.
Olahraga airsoftgun memang belum setenar sepak bola atau bulu tangkis, tapi atmosfer kompetisinya tak kalah panas. Tim dari berbagai provinsi datang dengan persiapan maksimal. Namun FAI Sulteng tampil konsisten, mencuri perhatian, dan mendominasi hingga akhir.
Kemenangan ini menjadi simbol dari geliat olahraga rekreasi di luar pusat-pusat olahraga nasional. FAI Sulteng telah membuktikan, bahwa talenta dan potensi bisa muncul dari mana saja — asal dibina dengan keseriusan dan semangat pantang menyerah.
“Kami akan kembali di FORNAS 2027. Lebih siap. Lebih kuat. Kami bukan hanya ingin mengulang sejarah, tapi membangunnya menjadi warisan,” tutup Ridho.