banner 728x250
Hukrim  

Dikeroyok di Bandara Internasional Lombok, Wartawan Muda Mataram Lapor ke Polda NTB: “Saya Trauma, Ini Bukan Sekadar Cekcok”

Jurnalis muda asal Mataram saat memberikan keterangan di ruang penyidik Polda NTB terkait laporan dugaan pengeroyokan yang dialaminya di Bandara Internasional Lombok, Senin (16/6/2025). (Foto: Istimewa)
banner 120x600
banner 468x60

Mataram – Kekerasan kembali mencoreng wajah pariwisata Nusa Tenggara Barat. Seorang wartawan muda asal Kota Mataram, berinisial J, melaporkan dugaan pengeroyokan yang dialaminya di kawasan Bandara Internasional Lombok. Peristiwa tersebut kini resmi masuk ke meja penyelidikan Polda NTB setelah J melayangkan laporan pada Senin (16/6/2025).

Kepada awak media, J mengaku mengalami trauma fisik dan psikis atas insiden yang melibatkan sekelompok orang tak dikenal itu. Ia menyebut peristiwa yang menimpanya bukan hanya sekadar cekcok biasa, melainkan serangan yang mengancam keselamatan dirinya sebagai warga dan profesional media.

banner 325x300

“Saya resmi melapor ke Polda NTB. Ini bukan soal pribadi, tapi soal keamanan publik di bandara. Saya dipukuli, saya diteror secara mental, dan ini tak bisa dibiarkan,” ujar J saat ditemui usai membuat laporan.

Dipicu Kesenggolan, Berujung Kekerasan Massal

Insiden bermula saat J tengah menunggu kedatangan seorang temannya dari Jakarta. Di area kedatangan bandara, J mengaku tersenggol dari belakang oleh seorang petugas troli, yang kemudian memicu adu mulut. Namun cekcok tersebut berubah menjadi kekerasan brutal saat diduga beberapa orang lainnya ikut mengeroyok J secara fisik.

Situasi sempat memanas hingga menarik perhatian aparat keamanan bandara. Petugas TNI-Polri yang berjaga turun tangan menenangkan situasi. J langsung diamankan ke ruang keamanan untuk menghindari eskalasi lebih lanjut. Di ruangan tersebut, turut hadir pihak koordinator troli dan personel KP3 Bandara guna memverifikasi kronologi kejadian.

Desak Proses Hukum: “Ini Soal Iklim Keamanan Daerah”

Lebih jauh, J meminta agar kasus ini ditangani secara serius oleh aparat penegak hukum. Ia menilai tindakan kekerasan di area bandara bukan hanya mencoreng citra bandara, tetapi juga mengganggu kenyamanan dan rasa aman masyarakat.

“Bandara adalah pintu gerbang NTB. Bila penganiayaan terjadi di situ, apalagi terhadap jurnalis, itu preseden buruk. Saya minta ini diproses hukum dan pelakunya ditindak,” tegasnya.

Peristiwa ini pun memantik reaksi publik. Banyak yang menyesalkan lemahnya kontrol keamanan di area vital seperti bandara, apalagi insiden terjadi terhadap seorang wartawan profesi yang semestinya mendapat perlindungan hukum.

Kini, masyarakat menanti langkah cepat dari pihak kepolisian dan otoritas bandara. Apakah pengeroyokan ini akan segera diusut tuntas, atau justru tenggelam sebagai kasus kekerasan biasa di ruang publik?

banner 325x300