Lembata – PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara (UIP Nusra) kembali menegaskan kepeduliannya terhadap kesejahteraan masyarakat terdampak proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Atadei. Melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), PLN menggandeng Yayasan PAPHA Indonesia untuk menjalankan dua agenda utama: pendampingan budidaya kacang tanah dan biofarmaka serta pembangunan Kapela Stasi Tritunggal Waiwejak di Desa Nubahaeraka, Kabupaten Lembata, NTT.
Dalam peluncuran program tersebut, Kamis (12/12/2024), Manager PLN UPP Nusra 3, Kasirun, menekankan pentingnya pemberdayaan ekonomi masyarakat serta pembangunan sarana ibadah sebagai simbol toleransi.
“PLN ingin hadir bukan hanya untuk energi, tetapi juga untuk kesejahteraan masyarakat. Melalui budidaya kacang tanah dan tanaman biofarmaka, kami ingin membantu petani meraih nilai ekonomi lebih besar, sementara pembangunan kapela akan mendukung kehidupan spiritual masyarakat,” ujar Kasirun.
Ketua Pokja Pembebasan Tanah PLTP Atadei, Donatus Lajar, turut mendorong petani untuk memanfaatkan program ini secara maksimal. Menurutnya, sektor pertanian di Lembata memiliki potensi besar untuk berkembang, terutama dengan pendampingan dari PLN.
“Kita tidak boleh hanya berhenti di produksi. Petani harus berani menyusun rencana bisnis agar hasil budidaya ini mampu meningkatkan pendapatan keluarga,” kata Donatus.
Sementara itu, Paul Dolu selaku Koordinator Yayasan PAPHA Indonesia menilai program ini sebagai upaya strategis menciptakan kemandirian pertanian di Lembata.
“Kami berharap kacang tanah dan tanaman biofarmaka bisa menjadi produk unggulan Lembata, dikenal tidak hanya di tingkat lokal, tetapi nasional,” ucapnya.
Di tengah upaya mewujudkan listrik yang andal lewat PLTP Atadei, program TJSL PLN membuktikan bahwa pembangunan infrastruktur dan kesejahteraan masyarakat dapat berjalan beriringan, menciptakan harmoni antara ekonomi, lingkungan, dan kehidupan sosial.
