Oleh : Putri Nur Fadillah
Mahasiswi Prodi Konservasi Sumber Daya Alam, Universitas Teknologi Sumbawa
Kerusakan hutan di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, saat ini menjadi masalah lingkungan yang sangat serius. Salah satu akibat dari situasi ini adalah peningkatan laju erosi tanah, yang dapat memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor. Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTB menunjukkan bahwa sebagian besar kerusakan ini disebabkan oleh perubahan fungsi hutan menjadi lahan pertanian. Khususnya untuk menanam jagung, yang menghilangkan vegetasi alami yang sebelumnya melindungi daerah lereng dan aliran sungai.
Penanaman jagung secara luas hingga ke daerah perbukitan mengakibatkan ketidakstabilan tanah. Tanaman jagung memiliki akar yang tidak dalam, sehingga tidak dapat menampung air hujan dalam jumlah banyak. Oleh karena itu, risiko tanah longsor dan banjir meningkat, yang berbahaya bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Di samping dampak bagi ekosistem, kerusakan hutan juga berdampak pada iklim mikro setempat. Ketika pohon-pohon ditebang atau dibakar, karbon yang tersimpan di dalam pohon-pohon tersebut dilepaskan ke udara, yang memperburuk efek rumah kaca dan menyebabkan penurunan kualitas udara.
Untuk mengatasi keadaan tersebut, kita bisa mengikuti saran yang diberikan oleh Ahmadi, Kepala BPBD NTB, dengan menerapkan pendekatan ekonomi yang berbeda. Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah menanam pohon sengon (Albizia chinensis) untuk meningkatkan ketahanan lingkungan dan perekonomian masyarakat. Pohon sengon dikenal karena akarnya yang kuat, yang dapat menyimpan air, mengikat nitrogen dalam tanah, serta memperbaiki struktur tanah. Dalam sistem pertanian, pohon sengon dapat ditanam bersamaan dengan jagung, sehingga para petani dapat mempertahankan ketahanan pangan sekaligus melindungi lingkungan. Kerusakan hutan bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga berkaitan dengan isu sosial dan ekonomi yang saling berhubungan. Oleh karena itu, masyarakat yang selama ini bergantung pada sektor pertanian perlu dibantu dan dilatih agar bisa berpindah ke sistem pertanian yang lebih ramah lingkungan.
Selain memberikan manfaat bagi lingkungan, pohon ini juga memiliki nilai ekonomi yang penting dan dapat dipanen dalam waktu sekitar empat tahun. Dari sudut pandang ekonomi, pohon sengon menunjukkan potensi yang besar. Setiap pohon yang tumbuh dengan baik bernilai sekitar Rp 1. 000. 000. Dalam satu hektar lahan, bisa ditanam hingga 400 pohon. Jika semua pohon tersebut dipanen bersamaan, pendapatan yang dihasilkan bisa mencapai Rp 400. 000. 000. Hal ini membuktikan bahwa usaha untuk menjaga lingkungan bisa dilakukan tanpa mengorbankan kesejahteraan masyarakat.
Kolaborasi antara pemerintah daerah, lembaga non-pemerintah (LSM), dan sektor swasta sangat penting untuk menciptakan kemitraan yang berkelanjutan. Langkah untuk mengurangi deforestasi harus didukung oleh kebijakan jangka panjang yang didasarkan pada data ilmiah dan melibatkan berbagai pihak. Program reboisasi dan pengembangan ekonomi hijau harus menjadi fokus utama rencana pembangunan daerah. Upaya ini bertujuan tidak hanya menjaga keseimbangan ekosistem, tetapi juga memperkuat ketahanan masyarakat terhadap dampak perubahan iklim dan bencana alam.
Melalui penggunaan strategi yang efektif dan dukungan dari banyak pihak, Pulau Sumbawa diharapkan dapat mengembalikan hutan yang subur dan hijau sebagai dasar untuk kehidupan berkelanjutan. Pentingnya menjaga hutan harus diajarkan sejak awal melalui pendidikan, kampanye di masyarakat, serta pengawasan terhadap aktivitas yang merusak alam. Menjaga hutan bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama sebagai investasi jangka panjang demi masa depan generasi mendatang.