Mataram – Pasca insiden aksi demonstrasi 3 September 2025 di Kantor Gubernur NTB yang sempat diwarnai gesekan, pemerhati sosial, politik, dan hukum NTB, Iwan Slenk, menyampaikan pandangan menyejukkan. Ia menilai kejadian tersebut seharusnya menjadi pelajaran bersama agar demokrasi di NTB tidak disalahartikan sebagai ruang konfrontasi, melainkan wadah belajar untuk saling menghormati perbedaan pendapat.
“Demokrasi bukan tentang siapa yang menang atau kalah, tetapi bagaimana perbedaan bisa tetap hidup berdampingan. Jangan ada lagi tindakan yang memperuncing perbedaan, apalagi sampai menimbulkan konflik horizontal di masyarakat,” ujarnya.
Menurut Iwan, NTB masih menghadapi banyak tantangan, baik sosial maupun ekonomi, sehingga yang dibutuhkan saat ini adalah rasa persatuan. Ia mengingatkan bahwa masyarakat NTB baru berusaha bangkit dari dampak bencana dan krisis ekonomi, sehingga suasana kondusif merupakan syarat utama untuk pembangunan daerah.
“Kita tidak boleh membiarkan emosi mengendalikan langkah. Yang dibutuhkan adalah akal sehat, pikiran jernih, dan sikap konstruktif. Mari jadikan setiap aksi dan perbedaan sebagai edukasi publik, bukan tontonan yang menimbulkan keresahan,” tegasnya.
Pernyataan ini sejalan dengan suara dari berbagai pihak yang menyerukan agar kejadian serupa tidak terulang. Harapannya, demokrasi NTB dapat tumbuh sehat dengan menempatkan perbedaan dalam kerangka saling menghormati, demi cita-cita bersama membangun daerah.











