Mataram – Kamis (25/9/2025) Taman Sangkareang, Kota Mataram, berubah menjadi panggung perlawanan. Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam BEM Nusantara NTB menggelar Aksi Simbolik Akbar dengan teriakan lantang: “Bongkar Dana Siluman, Bebaskan Kawan Kami, Selamatkan Ekonomi NTB!”.
Di bawah terik matahari, mahasiswa membentangkan spanduk raksasa bergambar simbol uang yang dipasung, sementara poster bertuliskan “Pokir = Rampok Anggaran Rakyat” dan “Kejati Jangan Jadi Taman Bermain Politikus” berjejer di tangan para peserta aksi. Orasi bergantian dilontarkan dari atas mobil komando, memecah hiruk pikuk lalu lintas di jantung kota Mataram.
Ledakan Kekecewaan
Aksi ini menjadi penegasan kemarahan publik atas skandal dana siluman Pokok Pikiran (Pokir) DPRD NTB yang berlarut tanpa kepastian hukum. Mahasiswa menilai Kejati NTB hanya menonton tanpa nyali. “Seolah Kejati NTB sengaja memelihara korupsi. Kalau soal rakyat kecil, cepat sekali ditindak. Tapi kalau elit politik yang main, langsung pura-pura lupa,” sindir Abed Aljabiri Adnan, Koordinator Daerah BEM Nusantara NTB, di hadapan massa aksi.
Sasaran Tembak: Kejati, Gubernur, dan DPRD
Mahasiswa melancarkan tuntutan keras:
Kejati NTB dituding lamban, pengecut, dan tak serius membongkar aliran dana siluman. Mereka didesak segera menetapkan tersangka dan mengumumkan penerima uang gelap ke publik.
Gubernur NTB dan DPRD disebut pengkhianat rakyat. Praktik politik transaksional dianggap merampok APBD hingga NTB terpuruk jadi provinsi dengan pertumbuhan ekonomi terendah kedua di Indonesia.
Kapolda NTB dituntut segera membebaskan rekan-rekan mahasiswa yang ditahan pada aksi 30 Agustus lalu. Penahanan itu dinilai sebagai kriminalisasi gerakan rakyat.
Simbol Perlawanan
Selain orasi, massa aksi menggelar teatrikal: sekarung uang mainan dibuang ke tong sampah sebagai simbol pembusukan politik anggaran. Di tengah aksi, terdengar teriakan serentak: “Rakyat membayar, elit berpesta. Kami muak!”.
Taman Sangkareang yang biasanya jadi ruang publik keluarga, hari itu menjelma arena perlawanan mahasiswa. Bendera organisasi berkibar, suara toa meraung, dan derap langkah massa menyatu dengan dentuman bedug yang dipukul mahasiswa sebagai simbol kebangkitan rakyat.
Ancaman Gelombang Lebih Besar
BEM Nusantara NTB menegaskan bahwa aksi simbolik ini hanyalah pemanasan. Jika Kejati, Gubernur, dan DPRD tetap membisu, mereka berjanji akan mengguncang NTB dengan aksi yang lebih besar, bahkan menggugat melalui jalur hukum maupun politik.
“Jangan salahkan mahasiswa bila NTB nanti diguncang gelombang perlawanan lebih besar. Yang dipertaruhkan bukan hanya dana siluman, tapi harga diri rakyat NTB yang terus diinjak-injak,” tegas Abed.