Selain pemeliharaan, untuk menjaga keandalannya PLTMH Santong, Djarwo juga menjalin sinergi dengan stakeholder terkait kebutuhan air baku, kegiatan pemeliharaan, kerjasama dan pemberdayaan masyarakat sekitar hingga pemanfaatan potensi wisata yang ada di sekitar PLTMH Santong. Selain itu, penerapan program 5S untuk menjaga lingkungan tetap sehat, bersih, tertib, andal dan efisien serta Go Green juga secara konsisten diimplementasikan di PLTMH Santong.
Tak hanya pemeliharaan, keandalan PLTMH Santong juga juga tak lepas dari peran serta masyarakat sekitar yang menjaga ekosistem di sekitar wilayah PLTMH agar sumber air yang berfungsi sebagai penggerak PLTMH Santong.
“PLTMH Santong dapat beroperasi dan andal hingga tentunya karena peran serta dari seluruh stakeholder dan masyarakat. Untuk itu, saya menyampaikan terima kasih atas kerja sama dari seluruh pihak, dan tentunya berharap agar kita bersama menjaga agar suplai listrik dari PLTMH Santong tetap andal ,” kata Djarwo.
Saat ini kontribusi EBT di NTB sekitar 3,46 persen dari total energi produksi pembangkit. Dari jumlah itu, tenaga surya berkontribusi sebesar 1,69 persen, air sebesar 1,43 persen, dan biomassa sebesar 0,34 persen. Untuk bauran EBT di NTB sendiri adalah 40,52 megawatt (MW) atau sebesar 8,05 persen dari kapasitas total daya mampu yang dibangkitkan.
“Sejalan dengan semangat transformasi, kami terus mendorong penggunaan energi bersih di NTB, salah satunya melalui PLTMH Santong ini. Tujuan kami adalah dapat menghasilkan listrik dengan memanfaatkan potensi alam yang ada sekaligus mendukung program yang dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia seperti Program Renewable Energy dan Net Zero Emission Indonesia 2060 dapat tercapai,” pungkas Djarwo.