“Misalnya ada daerah yang masih tandus atau pantai yang kurang mangrove nya yang intinya penghijauan agar serapan karbon makin maksimal”, jelasnya.
FOLU Net Sink 2030 adalah sebuah kondisi yang ingin dicapai melalui aksi mitigasi penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor kehutanan dan lahan dengan kondisi dimana tingkat serapan sudah lebih tinggi dari tingkat emisi pada tahun 2030. Program ini menggunakan empat strategi utama, yaitu menghindari deforestasi; konservasi dan pengelolaan hutan lestari; perlindungan dan restorasi lahan gambut; serta peningkatan serapan karbon.
Setidaknya ada 15 kegiatan aksi mitigasi Indonesia’s FOLU Net Sink 2030, yaitu: Pengurangan laju deforestasi lahan mineral, pengurangan laju deforestasi lahan gambut dan mangrove, pengurangan laju degradasi hutan-hutan lahan mineral, pengurangan laju degradasi hutan lahan gambut dan mangrove, pembangunan hutan tanaman, pengelolaan hutan lestari, rehabilitasi dengan rotasi, rehabilitasi non-rotasi, restorasi gambut dan perbaikan tata air gambut, rehabilitasi mangrove dan aforestasi pada kawasan bekas tambang, konservasi keanekaragaman hayati, Perhutanan sosial, introduksi replikasi ekosistem, ruang terbuka hijau, dan ekoriparian, pengembangan dan konsolidasi hutan adat, pengawasan dan law enforcement dalam mendukung perlindungan dan pengamanan kawasan hutan.
Hadir pula Tim Kerja Indonesia’s FoLU Net Sink 2030 dan Kadis LHK. (jm)