Dalam konteks ini, saya yakin Syekh TGB akan berpikir ulang untuk menambatkan pilihannya ke Pak DZ, terlebih dari tiga kontestan masih ada saudaranya sendiri, saya yakin beliau pilih kakak kandungnya.
Demikian kira-kira timbang-menimbang arah pilihan Syekh TGB, yang boleh jadi dibilang subjektif, tapi inilah sedikit alasan yang saya rasa logis. Bukankah saudara nomor satu dan sahabat nomor dua?
“Masa nggak paham-paham!” Kata Syekh TGB di Mandalika.
Simpulan. Dari Syekh TGB kita belajar seni politik. Junjung saudara tanpa menginjak kaki sahabat!
Wa Allah A’lam!