“Resepnya Zul Rohmi unggul saat itu rajin jalan menemui rakyat sehari 15 – 30 titik every day plus menempatkan kuda troya,” kata didu.
Didu melanjutkan di Pilgub NTB 2024, diduga akan terjadi anomali dan ketidakjelasan paslon yang maju secara determinan. Kalaupun ada hanya sebatas penjajagan dan komunikasi politik dengan Parpol. Hal ini dikarenakan sulitnya memastikan siapa calon yang benar-benar siap maju dan bertarung dalam Pilgub NTB 2024.
“Beberapa Paslon sudah mendaftar tapi parpol belum memastikan secara jelas dan tegas siapa jagoannya di pilgub ntb mendatang,” tandas didu.
Masih berjaraknya keinginan antara Cagub NTB dengan Parpol bisa jadi karena belum adanya kemistri kepentingan yang sama.
“Kalaupun hari parpol sudah membuka pendaftaran untuk pilkada , tapi greget maupun situasinya terkesan biasa saja,” tambahnya.
Didu memprediksi jika calon penantang petahana untuk Pilgub NTB 2024 gerakannya masih standart tidak out of the box akan makin sulit mengatasi duet duo doktor tersebut.
“Jika langkah awal saja terkesan biasa-biasa saja , maka langkah selanjutnya patut di duga tidak ada kejutan yang out of the box,” imbuh didu.
Terakhir didu menambahkan masih ada waktu dan kesempatan bagi calon non petahana untuk bisa revans dan memenangi Pilgub NTB asalkan ada terobosan isu yg menjadi perekat bagi semua kepentingan dan rakyat. Isu perekat itu penting untuk menjadi energi baru dalam membangun kepercayaan pemilih yang lebih luas dan holistik.
“Jika situasi kontestasi Pilgub NTB masih datar dan minim gebrakan – gebrakan yang tidak biasa, maka rakyat tidak akan memperoleh pencerahan politik apapun,” tukas didu.