Lombok Tengah – Cahaya matahari yang terik di Sengkol, Lombok Tengah, kini bukan sekadar anugerah alam, tapi telah diubah menjadi sumber energi yang menggerakkan masa depan NTB. Melalui PLTS Sengkol berkapasitas 7 MWp, PLN UIW NTB menjadikan transisi energi bukan hanya wacana, melainkan kebijakan nyata yang dirasakan masyarakat.
General Manager PLN UIW NTB, Sri Heny Purwanti, menilai kehadiran PLTS Sengkol adalah salah satu proyek strategis PLN untuk mengurangi ketergantungan pada pembangkit berbahan bakar fosil dan memperkuat pondasi energi hijau di kawasan timur Indonesia. “Listrik dari matahari ini akan menopang sistem kelistrikan Lombok secara signifikan. Potensi energi surya di NTB sangat besar, dan PLN ingin mengoptimalkannya untuk masa depan,” ujarnya dalam agenda Media Visit.
Berbeda dari banyak proyek energi terbarukan yang mandek, PLTS Sengkol dirancang dengan pendekatan sistematis: mulai dari integrasi jaringan (on-grid), sistem kontrol digital, hingga perawatan panel jangka panjang. “Kami memastikan pembangkit ini bisa hidup lama, tidak sekadar menjadi proyek pembuka,” tegas Sri Heny.
PLN memandang transisi energi sebagai gerakan kolektif. Karena itu, mereka menggandeng stakeholder lokal seperti pemerintah daerah, kampus, komunitas energi, dan media. Tujuannya jelas: memastikan PLTS Sengkol tidak berdiri sendiri, melainkan menjadi ekosistem energi hijau yang berkelanjutan.
“PLN terbuka dengan kolaborasi. Transisi energi hanya akan berhasil jika masyarakat ikut terlibat. Kami tidak ingin masyarakat menjadi penonton, tapi bagian dari solusi,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Sri Heny juga menyinggung pentingnya komunikasi publik dan transparansi layanan. Menurutnya, era digital menuntut PLN untuk responsif terhadap keluhan publik yang sering kali lebih cepat beredar lewat media sosial daripada kanal resmi. “Kami perkuat komunikasi krisis, perbaiki sistem informasi pelanggan, dan libatkan media lokal sebagai partner strategis,” ungkapnya.
PLTS Sengkol menjadi bagian dari roadmap besar PLN dalam mendukung target bauran energi nasional 23% EBT pada 2025 dan Net Zero Emission 2060. Kehadirannya bukan hanya menambah kapasitas listrik bersih di NTB, tapi juga menjadi role model pembangunan energi hijau di Indonesia.
“Transisi energi bukan sekadar pilihan, tapi tanggung jawab kita bersama untuk generasi masa depan,” tutup Sri Heny Purwanti dengan nada optimistis.